Univet Bantara Perkuat Kiprah Global: Sukses Gelar SIBI ICEI-2 Bertema “AI for Education” Bersama Pakar Internasional

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) FKIP Universitas Veteran Bangun Nusantara (Univet Bantara) kembali menunjukkan kiprahnya dalam pengembangan keilmuan di era digital melalui penyelenggaraan Seminar Internasional Berbahasa Indonesia (SIBI) ICEI-2 pada 20 November 2025. Mengusung tema “Artificial Intelligence (AI) for Education”, kegiatan ini digelar di Auditorium Univet Bantara dan menghadirkan narasumber internasional dari Taiwan, Malaysia, Uzbekistan, serta Indonesia. Kehadiran mereka menegaskan posisi Univet Bantara sebagai pusat akademik yang aktif menjawab tantangan era kecerdasan buatan.

Acara dibuka oleh Rektor Univet Bantara, Prof. Dr. Farida Nugrahani, M.Hum., yang juga menjadi Keynote Speaker. Dalam sambutannya, Prof. Farida menekankan bahwa kecerdasan buatan kini menjadi keharusan bagi dunia pendidikan. Perguruan tinggi dituntut untuk siap beradaptasi melalui penguatan kompetensi SDM, pembaruan kurikulum, serta pengembangan sarana digital yang mendukung pembelajaran berbasis AI. Ia juga menyampaikan apresiasi kepada PBSI FKIP Univet Bantara atas keberhasilan menyelenggarakan seminar berskala internasional dengan dukungan luas dari institusi mitra.

Rangkaian materi seminar dimulai dari paparan Prof. Yinghuei Chen (Asia University, Taiwan) yang membahas hubungan antara bahasa, sastra, dan transformasi digital. Ia memperkenalkan konsep “keterampilan kelima” dalam pembelajaran bahasa—meliputi literasi digital, kesadaran budaya global, dan kemampuan berpikir tingkat tinggi—sebagai kebutuhan baru di era AI dan large language models. Menurutnya, AI menjadikan bahasa Inggris sebagai bahasa data global sehingga pengajar perlu memahami keragaman “Englishes” atau English as a Lingua Franca.

Pembicara kedua, Prof. Dr. Deshinta Arrova Dewi (INTI International University, Malaysia), menyoroti berbagai tantangan dalam adopsi AI di Indonesia, seperti kesenjangan digital, rendahnya literasi AI di kalangan guru, penurunan kemampuan berpikir kritis, hingga isu privasi dan bias data. Ia memperingatkan bahwa guru yang tidak siap beradaptasi berpotensi kehilangan relevansi dalam dunia pendidikan modern. Prof. Deshinta juga menawarkan solusi berupa kurikulum siap AI, literasi AI untuk pendidik, serta pedoman etis bagi siswa.

Materi berikutnya disampaikan Dr. Rimajon Sodikova (Webster University in Tashkent, Uzbekistan) yang menekankan pentingnya peran manusia dalam mengontrol dan menilai output AI. Ia mengingatkan bahwa AI bersifat generatif, bukan kreatif, sehingga penilaian manusia tetap menjadi pusat. Selain itu, ia memperkenalkan berbagai alat berbasis AI yang dapat digunakan secara bertanggung jawab untuk membantu proses penulisan ilmiah, mulai dari pencarian literatur hingga penyusunan kerangka teori.

Paparan terakhir oleh Prof. Dr. Dewi Kusumaningsih (Univet Bantara) membahas implementasi AI dalam pendidikan melalui personalisasi pembelajaran, otomatisasi asesmen, pemantauan perkembangan siswa, dan dukungan bagi kebutuhan khusus. Ia menegaskan pentingnya prinsip etika seperti transparansi, akuntabilitas, dan perlindungan data dalam penggunaan teknologi. Melalui penyelenggaraan SIBI ICEI-2, Univet Bantara menegaskan komitmennya untuk memperkuat jejaring kolaboratif, meningkatkan kapasitas pendidik, dan mempersiapkan ekosistem kampus yang adaptif menghadapi masa depan pendidikan berbasis kecerdasan buatan. Admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *